Sabtu, 06 April 2013

Autobiografi singkat dan kenang-kenangan!


   Authobiografi singkat dan kenang-kenangan

Bismillah ar-Rahman ar-Rahim

A.   Perjalanan singkat
Tepat pada tanggal 9 Mei 1985 warsa silam seorang anak laki-laki keluar dari rahim ibunya bernama Muhammad_Rhaize, di sebuah kota kecil di Balikpapan Kalimantan timur anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan baharuddin dengan Banong, kedua orang tua merantau ke Balikpapan sejak saya masih dalam kandungan dan kembali hidup menetap di kampung sendiri tepatnya sinjai ketika menginjak usia 4 tahun.
Saya dibesarkan dengan keadaan yang cukup sederhana, ikut mengenyam pendidikan juga di sekolah dasar sebagaimana anak yang lain seusia saya, disamping itu pada saat hari minggu sering ikut dengan kakek ke hutang untuk menemani mengembala kerbau dan Alhamdulillah meskipun kakek saya tidak pernah sekolah tapi beliau banyak mendidik saya tentang kerja keras. Begitupula kalau ada waktu senggang setelah kembali dari sekolah selalu ikut dengan orang tua bekerja di kebun, bermain juga disana dari mainan rakitan sendiri, di saat musim padi kami sering buat seruling dari batang padi yang suaranya tidak kalah merdu dari seruling zaman sekarang, bisa di variasi model dan suara sesuai keinginan sendiri. Dalam lingkungan social seperti itulah saya tumbuh dan berkembang, mengenal alam, mensosialisasikan diri masa anak-anak di desa yang cukup mempengaruhi hidup saya saat ini hehehe. Selain pengalaman bermain diatas saya juga pernah dapatkan pengalaman pahit ketika masih duduk kelas 4 SD, kami 5 orang berteman main di fitnah telah melakukan tindakan criminal menumpahkan aspal 4 drum, berhubung pada saat itu ada pengaspalan jalan di kampong beta, karena tuduhan itu kami di jemput paksa di sekolah oleh staf desa untuk di interogasi, dimintai keterangan terkait tuduhan itu dan mohon maaf saya tidak bisa menyebutkan siapa penuduhnya karena saya sudah anggap telah selesai dan saya tulis ini hanya sebagai kenangan saja hehe. Di kantor desa kami di tanya soal kejadian itu tapi sebelumnya kami berlima di gundul dulu seolah-olah betul kami pelakunya padahal bukan, dipaksa menjawab dan terkesan kami di paksa mengakui kalau betul kami yang melakukan penumpahan aspal itu, kurang lebih 3 jam di interogasi dan kami tetap bersikukuh tidak mengakuinya, sehingga akhirnya diberikan izin untuk pulang dan di minta kembali esok harinya di tempat yang sama untuk melanjutkan pemeriksaan. Kami pulang dengan keadaan rambut tidak beraturan, gundul tidak punk tidak, jabrik pun jauh dari jabrik gaya anak zaman sekarang, di rumah kami di sambut dengan interogasi pula dari orang tua, pertanyaanya sama apa betul kau yang melakukan dan jawaban kamipun sama di kantor desa, bukan kami yang melakukan. Sore harinya kami berlima janjian ketemu bersama di rumah salah satu dari kami, perlu di ingat bahwa pertemuan kami di rumah itu bukan dalam rangka membahas pembalasan kepada sang penuduh tapi untuk merapikan guntingan rambut masing-masing, saya sendiri mencukurnya sampai plontos hehe. Besok harinya kami tidak datang memenuhi panggilan untuk melanjutkan pemeriksaan dan anehnya dari pihak desapun tidak menjemput kami, eh setelah selang satu hari dapat kabar bahwa kasus kami di hentikan karena pihak desa juga kurang yakin kalau kami pelakunya, tapi apa boleh buat nasi sudah jadi bubur ‘bebas dari hukuman, tapi kepala tetap plontos hehe.  
Tamat sekolah dasar sempat berpikir untuk tidak melanjutkan sekolah karena pengaruh lingkungan, teman seangkatan di SD setelah tamat kebanyakan tidak lanjut lagi dan memilih merantau untuk mencari uang lalu menikah dan punya anak hehe, di samping itu pula senior yang sudah putus sekolah dan sesekali menyesali keputusannya dulu seharusnya memberikan dorongan, justru pesimisme yang sering di tunjukkan ketika nongkrong sama-sama, buat apa lanjut sekolah kata mereka toch guru sudah banyak dan tidak mungkin kamu juga jadi presiden. Dan dari situlah saya tidak mendaftarkan diri hingga orang tua mendesak dan mengancam baru saya bergegas mendaftarkan diri . Dari verifikasi berkas pendaftaran saya pun di terima masuk sekolah SLTP, yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal di tempuh dengan berjalan kaki melintasi gunung dan beberapa kali, jalan belum di aspal, berlubang, dan pada saat musim hujan terpaksa pakai sendal yeye saja, belum ada angkutan umum arah kesana. Dan perilaku jahil waktu itu saya dan anak-anak lainnya kalau pulang dari sekolah dan melihat ada jemuran kacang tanah di pinggir jalan, alhamdulillah perilaku unik anak-anak semua muncul, ada yang mengambil dan memasukkan ke tas, simpan di topi, saku baju dan celana hingga terkadang tinggal tikar jemuran yang tersisa buat yang punya hehee.
Singkat cerita setelah lulus ebtanas dengan nilai yang baik lanjut mendaftar di SMA dan SMK dan kedua-duanya di terima, tapi saya lebih memilih masuk SMA karena lokasinya dekat dengan rumahnya om yang saya mau tempati tinggal, saat itu belum ada sekolah lanjutan tingkat atas di kampung saya jadi mengharuskan untuk merantau di kota, pada awalnya saya tidak siap dengan keadaan ini karena harus pisah dengan keluarga dan sahabat bergaul, berkumpul pada malam hari walaupun agendanya tidak jelas yang penting ngumpul saja, paling cerita seputar cewe disekolah maklum umur memasuki usia pubertas saat itu coy hehe..
Di kelas 1 SMA saya tempatkan di kelas 1-6, kelas terakhir dan menurut pandangan orang banyak adalah kelas pembuangan,kumpulan anak-anak nakal, malas dan saya pikir itu betul karena saya menyaksikan secara langsung, tapi meskipun demikian tapi punya kelebihan juga yakni kelas paling di segani dari semua kelas hehe, kemudian seiring berjalannya waktu sayapun naik kelas 3 dan di tempatkan sesuai pilihan pertama yaitu jurusan 3 IPA kelasnya orang-orang cerdas, pertama-tama saya merasa minder karena sekelas dengan anak-anak yang yang prestasinya bagus sedangkan sebelumnya bergumul dengan anak-anak nakal, malas untung saja pada saat itu keminderan cepat teratasi karena ternyata bukan cuma saya yang masuk 3 IPA 1 dari kelas anak-anak nakal tersebut, dari situasi itulah saya menemukan penguat kepercayaan diri untuk mengatasi keminderan dengan sebuah ungkapan dari teman-teman sendiri katanya “lebih baik bodoh di lingkungan orang pintar daripada pintar di lingkungan orang bodoh”. Dan itu terus saya tanamkan di benak sebagai pemicu semangat belajar dan akhirnya nilai ujian saya tidak begitu mengecewakan meskipun tidak masuk 10 besar hehehe, di samping itu juga saya merasa berutang moral untuk memperbaiki citra jelek yang selalu di konotasikan kepada kelas pembuangan itu, begitupulah dari beberapa kali test simulasi try out yang diadakan kakakanda mahasiswa Makassar waktu itu hasilnya pun tidak begitu jelek, walaupun itu belum tentu merepresentasikan kelulusan di perguruan tinggi nantinya, anda boleh saja tidak percaya atas cerita ini karena saya tidak bisa membuktikannya secara langsung, teman-teman sekelas dulu juga entah tinggal dimana semua sekarang hehe..
Selain kakanda mahasiswa memberikan test ujian mereka juga mensosialisasikan situasi kampus dan mahasiswa, yang saya ingat dari sosialisasi mereka waktu itu setelah anda tamat di SMA pilihan kalian cuma 4 yaitu lanjut kuliyah, nikah, nganggur dan langsung kerja disertai penjelasan pilihan itu, anda langsung kerja paling jadi kuli bangunan saja karena baru ijazah SMA yang dimiliki, nganggur resikonya susah dapat jodoh hehe, pilih nikah mau nafkahi istri apa, jadi mesti lanjut kulyah dulu kata mereka itu, saya pikir rasional juga logika senior itu maklum mereka mahasiswa kaum intelektual hehe, tapi saya secara pribadi kalau ada yang pilih nikah sambil kulyah itu juga tidak masalah sepanjang anda bisa bertanggung jawab coy, he 3x…
Setelah menyimak dan merenungkan sedalam dalamnya kata-kata kakanda mahasiswa itu, yang mulanya saya tidak berminat lanjut kulyah karena cita-cita saya dari kecil sampai akhir kelas 3 SMA itu adalah jadi polisi berubah seketika ditambah untuk masuk polisi juga tidak gampang. Memang di kampong saya ada yang jadi polisi tapi tedong dan tanahnya habis juga meraka jual hehe, nah kalau saya mau jua apa?, jual gunung dan sungai di belakang rumahku saja belum tentu cukup, di penjara pula karena gunung dan sungai itu milik pemerintah hehee. Jadi kupikir lanjut kulyah sajalah biar tidak terlalu membebani orang tua, dan wasyukurillah hasilnya sekarang sudah jadi sajana coy..ckckck  

B.   Tentang Aktivitas  pada saat jadi Mahasiswa

Tidak ada yang istimewa dari saya, cukup pernah jadi Pengurus HMI komisariat STIK GIA Makassar Cabang bottolempangan, Ketua umum Majelis Perwakilan Mahasiswa (MAPERWA) periode 2005/2006 M STIK GIA Makassar, Pengurus BEM, Ketua Umum komisi pemilihan umum (KPU) Lembaga internal kampus, pernah jadi SC (Stering Commite) dan OC (Organizing Commite) pada berbagai kegiatan organisasi baik pada kegiatan pengkaderan maupun kegiatan lain seperti RAKER, MUBES, dan begitupula sering ikut ngumpul dan berdiskusi di secret pustaka baca firdaus_djalal dimana beliau juga pendiri organisasi KOAR (Komunitas Anak Rakyat) alhamdulillah organisasi ini cukup mewarisi saya arti rasa kebersamaan dan sependeritaan, Sedangkan HMI turut menorehkan kerangka berpikir Ideologis, Teologis dan Epistemologi, Bahagia HMI...Brsyukur dan ihlas, yakusa??? Cogito ergo sum..... dan di secret pustaka baca firdaus_djalal itu saya banyak mengunjungi pemikiran seperti jalaluddin rahmat, ali syariati, karl marx, murtaddan muntahari dan beberapa pemikir syiah dan kiri lainnya yang cukup juga mempengaruhi pemikiran saya.

C.   Tentang Aktivitas di tanah rantauan

Pada akhir bulan oktober tahun 2009 saya hijrah dari makassar ke maluku utara dan tinggal di kota tidore kepuluan dengan maksud untuk melamar pekerjaan jadi aparatur sipil negara.... Dan alhamdulillah nasib baik menghampiri ummatnya ini saya diterima jadi pegawai setelah mengikuti test penerimaan dan itu saya anggap testnya murni sebab saya diterima tanpa melakukan indeks pendekatan dan kedekatan seperti orang lain gunakan di tempat lain. Walaupun sempat terpikir untuk mengundurkan diri sebelum mengabdi sebab selama saya berada di daerah tersebut sempat mengalami stress karena tidak ada teman bergaul, beruntunglah keluarga di tidore berhasil memberikan motivasi supaya tetap bertahan dan tidak mengundurkan diri hehe.
Demikianlah catatan singkat perjalanan hidup saya, sekedar untuk di ketahui oleh anak-anak kami nantinya heheee, bahwa bapaknya lahir di Balikpapan, tumbuh besar dan bersekolah di sinjai, kulyah di Makassar dan kerja di Maluku utara. dan untuk ulasan singkat perjalanan karier setelah jadi ASN di catatan selanjutnya ehmm. Atau mungkin ada yang mau bertanya kok di catatanya tidak ada sama sekali mencamtumkan kenangan asmara, jawabnya karena kenangan itu susah di lukiskan dengan kata-kata, terlalu indah untuk di ceritakan cukuplah itu saya dan tuhan yang mengetahuinya hehe preeeeett…sekian dan terima kasih

HORMAT SAYA :


MUHAMMAD_RHAIZE



1 komentar:

  1. perjalanan anak rantau,yang ditakdirkan jadi perantau hehee..di tambah lagi ceritanya biar tambah oke hehe

    BalasHapus