Authobiografi singkat dan kenang-kenangan
Bismillah
ar-Rahman ar-Rahim
A.
Perjalanan singkat
Tepat pada tanggal 9 Mei 1985
warsa silam seorang anak laki-laki keluar dari rahim ibunya bernama
Muhammad_Rhaize, di sebuah kota kecil di
Balikpapan Kalimantan timur anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan
baharuddin dengan Banong, kedua orang tua merantau ke Balikpapan sejak saya
masih dalam kandungan dan kembali hidup menetap di kampung sendiri tepatnya sinjai
ketika menginjak usia 4 tahun.
Saya
dibesarkan dengan keadaan yang cukup sederhana, ikut mengenyam pendidikan juga
di sekolah dasar sebagaimana anak yang lain seusia saya, disamping itu pada
saat hari minggu sering ikut dengan kakek ke hutang untuk menemani mengembala
kerbau dan Alhamdulillah meskipun kakek saya tidak pernah sekolah tapi beliau
banyak mendidik saya tentang kerja keras. Begitupula kalau ada waktu senggang
setelah kembali dari sekolah selalu ikut dengan orang tua bekerja di kebun,
bermain juga disana dari mainan rakitan sendiri, di saat musim padi kami sering
buat seruling dari batang padi yang suaranya tidak kalah merdu dari seruling
zaman sekarang, bisa di variasi model dan suara sesuai keinginan sendiri. Dalam
lingkungan social seperti itulah saya tumbuh dan berkembang, mengenal alam,
mensosialisasikan diri masa anak-anak di desa yang cukup mempengaruhi hidup saya
saat ini hehehe. Selain pengalaman bermain diatas saya juga pernah dapatkan
pengalaman pahit ketika masih duduk kelas 4 SD, kami 5 orang berteman main di fitnah
telah melakukan tindakan criminal menumpahkan aspal 4 drum, berhubung pada saat
itu ada pengaspalan jalan di kampong beta, karena tuduhan itu kami di jemput
paksa di sekolah oleh staf desa untuk di interogasi, dimintai keterangan
terkait tuduhan itu dan mohon maaf saya tidak bisa menyebutkan siapa penuduhnya
karena saya sudah anggap telah selesai dan saya tulis ini hanya sebagai kenangan
saja hehe. Di kantor desa kami di tanya soal kejadian itu tapi sebelumnya kami
berlima di gundul dulu seolah-olah betul kami pelakunya padahal bukan, dipaksa
menjawab dan terkesan kami di paksa mengakui kalau betul kami yang melakukan
penumpahan aspal itu, kurang lebih 3 jam di interogasi dan kami tetap
bersikukuh tidak mengakuinya, sehingga akhirnya diberikan izin untuk pulang dan
di minta kembali esok harinya di tempat yang sama untuk melanjutkan pemeriksaan.
Kami pulang dengan keadaan rambut tidak beraturan, gundul tidak punk tidak,
jabrik pun jauh dari jabrik gaya anak zaman sekarang, di rumah kami di sambut
dengan interogasi pula dari orang tua, pertanyaanya sama apa betul kau yang
melakukan dan jawaban kamipun sama di kantor desa, bukan kami yang melakukan.
Sore harinya kami berlima janjian ketemu bersama di rumah salah satu dari kami,
perlu di ingat bahwa pertemuan kami di rumah itu bukan dalam rangka membahas
pembalasan kepada sang penuduh tapi untuk merapikan guntingan rambut
masing-masing, saya sendiri mencukurnya sampai plontos hehe. Besok harinya kami
tidak datang memenuhi panggilan untuk melanjutkan pemeriksaan dan anehnya dari
pihak desapun tidak menjemput kami, eh setelah selang satu hari dapat kabar
bahwa kasus kami di hentikan karena pihak desa juga kurang yakin kalau kami
pelakunya, tapi apa boleh buat nasi sudah jadi bubur ‘bebas dari hukuman, tapi
kepala tetap plontos hehe.
Tamat sekolah dasar sempat
berpikir untuk tidak melanjutkan sekolah karena pengaruh lingkungan, teman
seangkatan di SD setelah tamat kebanyakan tidak lanjut lagi dan memilih
merantau untuk mencari uang lalu menikah dan punya anak hehe, di samping itu
pula senior yang sudah putus sekolah dan sesekali menyesali keputusannya dulu
seharusnya memberikan dorongan, justru pesimisme yang sering di tunjukkan
ketika nongkrong sama-sama, buat apa lanjut sekolah kata mereka toch guru sudah
banyak dan tidak mungkin kamu juga jadi presiden. Dan dari situlah saya tidak
mendaftarkan diri hingga orang tua mendesak dan mengancam baru saya bergegas mendaftarkan
diri . Dari verifikasi berkas pendaftaran saya pun di terima masuk sekolah
SLTP, yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal di tempuh dengan berjalan
kaki melintasi gunung dan beberapa kali, jalan belum di aspal, berlubang, dan
pada saat musim hujan terpaksa pakai sendal yeye saja, belum ada angkutan umum
arah kesana. Dan perilaku jahil waktu itu saya dan anak-anak lainnya kalau
pulang dari sekolah dan melihat ada jemuran kacang tanah di pinggir jalan,
alhamdulillah perilaku unik anak-anak semua muncul, ada yang mengambil dan
memasukkan ke tas, simpan di topi, saku baju dan celana hingga terkadang
tinggal tikar jemuran yang tersisa buat yang punya hehee.
Singkat cerita setelah
lulus ebtanas dengan nilai yang baik lanjut mendaftar di SMA dan SMK dan
kedua-duanya di terima, tapi saya lebih memilih masuk SMA karena lokasinya
dekat dengan rumahnya om yang saya mau tempati tinggal, saat itu belum ada
sekolah lanjutan tingkat atas di kampung saya jadi mengharuskan untuk merantau
di kota, pada awalnya saya tidak siap dengan keadaan ini karena harus pisah
dengan keluarga dan sahabat bergaul, berkumpul pada malam hari walaupun
agendanya tidak jelas yang penting ngumpul saja, paling cerita seputar cewe
disekolah maklum umur memasuki usia pubertas saat itu coy hehe..
Di kelas 1 SMA saya
tempatkan di kelas 1-6, kelas terakhir dan menurut pandangan orang banyak adalah
kelas pembuangan,kumpulan anak-anak nakal, malas dan saya pikir itu betul
karena saya menyaksikan secara langsung, tapi meskipun demikian tapi punya
kelebihan juga yakni kelas paling di segani dari semua kelas hehe, kemudian
seiring berjalannya waktu sayapun naik kelas 3 dan di tempatkan sesuai pilihan pertama
yaitu jurusan 3 IPA kelasnya orang-orang cerdas, pertama-tama saya merasa
minder karena sekelas dengan anak-anak yang yang prestasinya bagus sedangkan
sebelumnya bergumul dengan anak-anak nakal, malas untung saja pada saat itu keminderan
cepat teratasi karena ternyata bukan cuma saya yang masuk 3 IPA 1 dari kelas
anak-anak nakal tersebut, dari situasi itulah saya menemukan penguat kepercayaan
diri untuk mengatasi keminderan dengan sebuah ungkapan dari teman-teman sendiri
katanya “lebih baik bodoh di lingkungan
orang pintar daripada pintar di lingkungan orang bodoh”. Dan itu terus saya
tanamkan di benak sebagai pemicu semangat belajar dan akhirnya nilai ujian saya
tidak begitu mengecewakan meskipun tidak masuk 10 besar hehehe, di samping itu
juga saya merasa berutang moral untuk memperbaiki citra jelek yang selalu di
konotasikan kepada kelas pembuangan itu, begitupulah dari beberapa kali test
simulasi try out yang diadakan kakakanda mahasiswa Makassar waktu itu hasilnya
pun tidak begitu jelek, walaupun itu belum tentu merepresentasikan kelulusan di
perguruan tinggi nantinya, anda boleh saja tidak percaya atas cerita ini karena
saya tidak bisa membuktikannya secara langsung, teman-teman sekelas dulu juga
entah tinggal dimana semua sekarang hehe..
Selain kakanda mahasiswa
memberikan test ujian mereka juga mensosialisasikan situasi kampus dan
mahasiswa, yang saya ingat dari sosialisasi mereka waktu itu setelah anda tamat
di SMA pilihan kalian cuma 4 yaitu lanjut kuliyah,
nikah, nganggur dan langsung kerja disertai penjelasan pilihan itu, anda
langsung kerja paling jadi kuli bangunan saja karena baru ijazah SMA yang
dimiliki, nganggur resikonya susah dapat jodoh hehe, pilih nikah mau nafkahi
istri apa, jadi mesti lanjut kulyah dulu kata mereka itu, saya pikir rasional
juga logika senior itu maklum mereka mahasiswa kaum intelektual hehe, tapi saya
secara pribadi kalau ada yang pilih nikah sambil kulyah itu juga tidak masalah
sepanjang anda bisa bertanggung jawab coy, he 3x…
Setelah menyimak dan
merenungkan sedalam dalamnya kata-kata kakanda mahasiswa itu, yang mulanya saya
tidak berminat lanjut kulyah karena cita-cita saya dari kecil sampai akhir
kelas 3 SMA itu adalah jadi polisi berubah seketika ditambah untuk masuk polisi
juga tidak gampang. Memang di kampong saya ada yang jadi polisi tapi tedong dan
tanahnya habis juga meraka jual hehe, nah kalau saya mau jua apa?, jual gunung
dan sungai di belakang rumahku saja belum tentu cukup, di penjara pula karena
gunung dan sungai itu milik pemerintah hehee. Jadi kupikir lanjut kulyah
sajalah biar tidak terlalu membebani orang tua, dan wasyukurillah hasilnya
sekarang sudah jadi sajana coy..ckckck
B.
Tentang Aktivitas pada saat jadi Mahasiswa
Tidak ada yang istimewa dari saya, cukup pernah jadi
Pengurus HMI komisariat STIK GIA Makassar Cabang bottolempangan, Ketua umum Majelis Perwakilan Mahasiswa
(MAPERWA) periode 2005/2006 M STIK GIA Makassar, Pengurus BEM, Ketua Umum
komisi pemilihan umum (KPU) Lembaga internal kampus, pernah
jadi SC (Stering Commite) dan OC (Organizing
Commite) pada berbagai kegiatan organisasi baik pada kegiatan pengkaderan
maupun kegiatan lain seperti RAKER, MUBES, dan begitupula
sering ikut ngumpul dan berdiskusi di secret pustaka baca firdaus_djalal dimana
beliau juga pendiri organisasi KOAR
(Komunitas Anak Rakyat) alhamdulillah organisasi ini cukup mewarisi saya arti
rasa kebersamaan
dan sependeritaan, Sedangkan HMI turut
menorehkan kerangka berpikir Ideologis, Teologis dan Epistemologi,
Bahagia HMI...Brsyukur
dan ihlas, yakusa??? Cogito
ergo sum..... dan
di secret pustaka baca firdaus_djalal itu saya banyak mengunjungi pemikiran
seperti jalaluddin rahmat, ali syariati, karl marx, murtaddan muntahari dan
beberapa pemikir syiah dan kiri lainnya yang cukup juga mempengaruhi pemikiran
saya.
C.
Tentang Aktivitas di tanah rantauan
Pada akhir bulan oktober tahun 2009 saya hijrah dari makassar ke maluku utara dan
tinggal di kota tidore kepuluan dengan maksud untuk melamar pekerjaan jadi
aparatur sipil negara.... Dan alhamdulillah nasib baik menghampiri ummatnya ini
saya diterima jadi pegawai setelah mengikuti test penerimaan dan itu saya
anggap testnya murni sebab saya diterima tanpa melakukan indeks pendekatan dan
kedekatan seperti orang lain gunakan di tempat lain. Walaupun sempat terpikir untuk mengundurkan diri
sebelum mengabdi sebab selama saya berada di daerah tersebut sempat mengalami
stress
karena tidak ada teman bergaul, beruntunglah keluarga di tidore berhasil
memberikan motivasi supaya tetap bertahan dan tidak mengundurkan diri hehe.
Demikianlah catatan singkat
perjalanan hidup saya, sekedar untuk di ketahui oleh anak-anak kami nantinya
heheee, bahwa bapaknya lahir di Balikpapan, tumbuh besar dan bersekolah di
sinjai, kulyah di Makassar dan kerja di Maluku utara. dan untuk ulasan singkat
perjalanan karier setelah jadi ASN di catatan selanjutnya ehmm. Atau mungkin
ada yang mau bertanya kok di catatanya tidak ada sama sekali mencamtumkan
kenangan asmara, jawabnya karena kenangan itu susah di lukiskan dengan kata-kata,
terlalu indah untuk di ceritakan cukuplah itu saya dan tuhan yang mengetahuinya
hehe preeeeett…sekian dan terima kasih
HORMAT SAYA :
MUHAMMAD_RHAIZE