Dalam
sebuah acara diskusi tentang keperempuanan di salah satu TV swasta saya
tertarik pada hasil survey yang didapatkan tentang peran wanita di media, di mana
di situ dijelaskan bahwa lebih kurang 80 % dari semua majalah yang dipamerkan ber-cover gadis atau perempuan cantik. diantara
majalah yang ber-cover gadis atau
perempuan cantik tersebut, lebih kurang 60 % berbusana atau berpose hangat. sementara
diantara 20 % majalah yang tidak ber-cover
gadis atau perempuan cantik 10 % ber-cover
barang mewah. demikian juga tayangan program di televisi kita, apakah itu
penyiar, penyanyi , bintang sinetron atau bintang iklan, sekurang-kurangnya 60%
menggunakan perempuan cantik khusus dengan program iklan biasanya memiliki
kecenderungan mengeksplotir segi-segi seksual yang menjadi bintangnya.
Dari prolog
singkat di atas maka ada satu hal yang sangat menarik perhatian saya yaitu kata
cantik. sehingga menimbulkan sebuah tanda besar di benakku yang mungkin bisa
jadi pertanyaan ini juga biasa dilontarkan oleh sebagian orang baik itu
anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun orang tua sekalipun biasa mempertanyakannya, bahwa sesungguhnya
apa yang dimaksud dengan kata cantik tersebut? apakah ia sesuatu yang sifatnya
alamiah ataukah yang dimaksud dengan cantik merupakan konstruk kapitalisme yang
sifatnya mampu mendatangkan laba (keuntungan).
Untuk menjawab
pertanyaan tersebut maka kita berangkat dari pendapat dari Andre Syahreza dalam tulisannya tentang revolusi kecantikan dimana
ia berpendapat bahwa “Kecantikan yang berlaku di masyarakat adalah sebuah
produk konspirasi kapitalistik, dalam
hal ini merupakan suatu upaya dominasi kekuatan raksasa yang memaksakan suatu
paradigma kecantikan yang mereka khayalkan tersendiri”.Nah dari pandangan Andre Syahreza diatas maka dapat kita ketahui
bahwa dinamika konstruk kecantikan yang bermakna lebih satu diatas merupakan
konstruk nalar kemanusiaan.Ketika kecantikan dikonstruk maka ia rentang dengan
perubahan apakah itu perubahan paradigma, simbol, warna dan gaya. Cantik adalah
sebuah kata sifat yang melekat pada setiap insan.Namun pemaknaan dari
kecantikan ini berubah seiring dengan perubahan zaman. kecantikan yang dulunya
punya makna kata sifat sekarang ini sudah berubah dan bukan sekedar kata sifat
lagi melainkan bahkan sudah menjadi pandangan yang lebih ekstrim lagi yaitu
bisnis, namun ironisnya kecantikan yang merupakan hasil konstruk kekuasaan ini
telah merasuk dalam nalar berfikir kita, sehingga konstruk kecantikan adalah apa
yang telah kapitalis konstruk, senada dengan pandangan Lacan dalam bukunya yang berjudul the language of self mengatakan
“Bahwa sesungguhnya kesadaran ego itu
terbentuk melalaui permainan dari simbol-simbol, dan keadaan disekeliling kita.”dan
ini yang mampu dibaca oleh kaum kapitalis sehingga Penawaran konsep kecantikan oleh
kaum industrialis tiada lain sebagai sebuah strategi pengaruh dan peubah
paradigma kita tentang dunia kecantikan yang mungkin kita tidak sadar bahwa
konsep mereka adalah konsep meraih untung di balik strategi, ketika pengaruh
konsep telah terpengaruh dalam budaya kita maka kaum industrialis menciptakan
produk yang kemudian mereka lempar ke pasar melalui media TV yang diiklankan
secara agresif ,dan yang paling menjadi korban dari pelecehan martabat tersebut
adalah kaum peempuan,perempuan bukan saja dimanipulasi oleh media sekedar bahan
penghias ,apakah itu sebagai cover majallah atau program tv.tetapi mereka telah
diperangkap oleh satu gambaran bahwa jika mereka dapat secantik ,seindah
,memiliki busana ,dan alat rias seperti dalam cover majalah atau program tv
tersebut, barulah mereka disebut sebagai perempuan idaman. Susahnya ,perempuan yang di pasang sebagai cocer
majalah atau bintang tv adalah mereka yang berdasar ukuran selera tertentu
secara fisik memang cantik . tak heran bahwa kemudian produk yang
dipakainya banyak diminati oleh
perempuan lain (penonton/pembaca) yang berandai andai apabila memakai produk
yang sama dapat secantik cover-girl atau bintang tv tersebut.
Bagaimana nasib perempuan yang tidak
memiliki kecantikan secara fisik dan tidak pula memiliki kemampuan material
yang memadai? Media menganggap mereka tidak berguna, tidak dikehendaki dan
demikian tidak pula tidak memiliki kemungkinan untuk mencintai atau dicintai. Ini
dapat menjadikan wanita yang berkurangan tersebut membenci dirinya sendiri
,kehilanagan kepercayaan dan harga diri dari lain pihak , perempuan yang
memiliki apa yang digambarkan sebagai perempuan idaman bukan berarti akan memperoleh
kebahagian ,melainkan biasanya dalam arti tertentu menjadi objek dagangan untuk
mengejar gambaran gaya hidup yang ditampilkan dalam media sehingga perempuan
hanya dimanfaatkan sekedar sebagai alat untuk menciptkan pasar dan mengeruk
keuntungan.
Cantik alami adalah dambaan setiap
manusia, khususnya kaum perempuan (hawa) . Namun kecantikan alami dalam era
modern sekarang ini perlu untuk dicermati secara kritis. Wacana “cantik alami”
bisa saja adalah wacana yang merupakan eksploitasi bisnis yang bakal dapat
meraup keuntungan dari diri kita. Orientasi kecantikan sangat erat kaitannya
dengan kecantikan, hal ini termanisfestasi dalam perdagangan iklan-iklan dan
alat-alat kecantikan yang ada dipasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar